Secara umum dapat digambarkan bahwa gasing merupakan salah satu alat permainan yang dibuat dari kayu keras dengan bentuk badan bulat, bulat lonjong, jantung, piring terbang (pipih), kerucut, silinder dan bentuk-bentuk lainnya yang merupakan ciri khas kedaerahan dengan ukuran bervariasi, terdiri dari bagian kepala, bagian badan dan bagian kaki / paksi.
Bagian-bagian gasing tersebut, disetiap daerah Indonesia bervariasi. Ada gasing yang memiliki kepala dan leher, seperti gasing yang dijumpai di Ambon (Apiong). Sementara gasing Jakarta dan Jawa Barat tidak memiliki leher, melainkan hanya kepala. Demikian pula pada gasing Jakarta dan Jawa Barat, tampak secara jelas paksi (taji) yang dibuat dari paku atau logam, sementara pada gasing Natuna (propinsi kepulauan Riau), paksinya tidak tampak.
Pada umumnya gasing dimainkan dengan cara dan urutan sebagai berikut :
- Pertama-tama si pemain memegang gasing tersebut pada tangan kiri.
- Kemudian tangan kanan si pemain melilitkan seutas tali pada gasing dimulai dari bagian paksi hingga bagian badan gasing secara kuat. Sementara dibeberapa wilayah Indonesia,lilitan tali dimulai pada bagian kepala gasing hingga bagian badan.
- Gasing yang telah dililit tali tersebut, di pindahkan ketangan kanan si pemain, selanjutnya dilempar secara keras kepermukaan tanah yang datar dan
Secara umum gasing yang tersebar di wilayah Indonesia, berdasarkan jenisnya dapat dikelompokkan kedalam gasing adu suara, gasing adu putar, dan gasing adu pukul/adu kekuatan (gasing uri/penahan dan gasing pangkak/pemukul). Diwilayah Jakarta dikenal jenis gasing adu suara yaitu gangsing, dan gasing adu pukul/kekuatan yang disebut panggal.
Keragaman jenis gasing dapat dijumpai pula di wilayah Jawa Barat, meliputi gasing kelangenan (gasing adu suara) dan gasing adu (gasing kolo dan gasing gandek). Sementara di wilayah Tanjungpinang dan sekitarnya (propinsi Kepulauan Riau), dikenal gasing penendin, penahan dan pemangkak. Khusus museum gasing yang terletak di kecamatan Pulau Belakang Padang, Batam hanya dikenal gasing jenis ori (penahan) dan gasing pemangkak atau pengacau. Di wilayah Riau Daratan, dikenal jenis gasing jantung yang khusus diadu dalam pertandingan dan gasing beralik yang hanya dimainkan untuk hiburan atau hanya dipusingkan (diputar) saja. Di Bali dikenal gasing adu kekuatan, terdiri dari gasing penahan (Belek) dan gasing pemukul (gasing Gebug).
Peralatan pendukung untuk memutar gasing adalah tali yang panjang diameter dan bahan bakunya bervariasi pada setiap wilayah Indonesia, tergantung pada sumber daya alam yang tersedia di lingkungannya. Di Tanjungpinang dan wilayah sekitarnya pada umunya tali yang digunakan untuk memutarkan gasing dibuat dari kulit batang pohon Sukak atau kulit pohon Turih Pandan yang dipintal dengan panjang 3 meter untuk gasing penendin dan gasing penahan. Sementara untuk gasing pemangkak digunakan tali sepanjang 1,5 meter. Di Kalianda, Lampung
Selatan, digunakan tali dari kulit batang pohon Kerbang (sejenis pohon yang daunnya seperti daun pohon sukun) yang di pintal sepanjang 1,5 meter untuk memutarkan gasing dalam pertandingan. Di Jawa Barat, tali yang digunakan untuk memutar gasing pada umumnya dibuat dari bahan kain yang dipintal sepanjang 1 meter.
minta data tentang budaya permainan anak tradosional khususnya tentang gasing indonesia
BalasHapus