Rabu, 04 Maret 2009

PROSES GASING KEKEHAN LAMONGAN

PROSES EVOLUSI GASING LOMBOK

Semasa penjajahan, Gasing Jantung ini sudah ada. Dibuat secara tradisional dengan menggunakan golok, pisau, sabit dsb.

Pada jaman kemerdekaan, bentuk Jantung berubah menjadi bentuk Guci. Dinding Gasing mulai halus seperti di bubut.

Kebutuhan akan bentuk dilakukan oleh masyarakat suku Sasak Lombok untuk mengubah dari bentuk Guci ke bentuk yang lebih ramping / pipih.

Setelah mengenal mesin bubut, pembuatan gasing mulai dibubut, dan bentuknyapun lebih pipih dan ukurannya lebih besar, seperti piring terbang. Ini terjadi pada tahun ‘90 an.


Untuk memperkuat kayu, supaya tidak mudah pecah, pada dinding / pinggir gasing diberi kawat baja, dan kepala gasing diberi besi.
Tidak puas dengan pemberian kawat baja, pada dinding / pinggir gasing diberi plat besi/baja, sehingga Gasing nampak lebih kokoh.

Perkembangan selanjutnya, pemberian plat besi/baja pada diding Gasing menimbulkan inovasi baru. Tak sekedar plat yang dipasang, akan tetapi besi tebal yang melingkar dinding Gasing.


Untuk memperindah Gasing, badan / bahu gasing mulai diberi warna dengan cat, dengan motif yang berbeda-beda. Ukuran garis tengah Gasing masyarakat Lombok ini bisa mencapai 27 Cm. Namun yang standart untuk dilombakan adalah garis tengah 21 Cm dan 23 Cm

Senin, 02 Maret 2009

Festival Gasing Nusantara

Gasing adalah salah satu bentuk permainan rakyat tradisional yang keberadaannya dikenal oleh hampir semua suku bangsa Indonesia. Wilayah persebarannya sangat luas, karena semua daerah yang ada di wilayah kepulauan Indonesia umumnya mengenal permainan ini. Itulah sebabnya, bangsa Indonesia yang masyarakatnya terdiri dari berbagai suku bangsa dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda mengenal berbagai jenis permainan gasing.

Sebagai salah satu bentuk permainan rakyat tradisional, keberadaan permainan gasing pada awalnya merupakan usaha manusia untuk mengisi waktu senggang dan sebagai sarana hiburan. Selain itu, permainan gasing juga merupakan suatu perwujudan dari tingkah laku manusia yang dilakukan dalam kegiatan fisik dan mental, serta merupakan hasil budaya manusia yang terwujud dari serentetan nilai-nilai yang menurut masyarakat atau kelompok suku bangsa pendukungnya diakui keberadaannya. Dalam perkembangannya, permainan gasing juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk menanamkan nilai-nilai luhur dan membina sikap mental serta keterampilan tertentu pada masyarakat pendukungnya. Oleh karena itu, perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan permainan gasing merupakan bagian penting bagi penguatan jati diri atau identitas bangsa.

Sebagai upaya perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan permainan gasing, maka Direktorat Tradisi telah melakukan serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan permainan gasing, diantaranya: workshop dan pameran permainan rakyat tradisional di Ragunan (tahun 2005), lokakarya gasing nusantara di Tanjungpinang (tahun 2006), uji petik pedoman pertandingan gasing tingkat nasional di pangkalpinang dan Jakarta (tahun 2007), serta sosialisasi pedoman pertandingan gasing tingkat nasional di 8 daerah (tahun 2008).
Berdasarkan serangkaian kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Direktorat Tradisi tersebut, tampak bahwa animo masyarakat terhadap permainan gasing cukup tinggi. Hal ini terlihat dengan adanya keinginan dari komunitas gasing di Indonesia agar permainan tersebut diangkat sebagai olah raga prestasi yang dapat dipertandingkan secara nasional. Untuk itu, sebagai landasannya mereka telah menyusun pedoman pertandingan gasing yang telah disepakati bersama.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka pada tahun 2009 Direktorat tradisi yang tugas pokoknya melakukan pelestarian (perlindungan, pengembangan dan pemnfaatan) di bidang kebudayaan merasa perlu menindaklanjuti keinginan komunitas gasing di indonesia dengan jalan menyelenggarakan kegiatan festival gasing nusantara. Diharapkan, kegiatan ini dapat menjadi wadah untuk meningkatkan persatuan dan kesatuan bangsa.

Kesuksesan penyelenggaraan Festival Gasing Nusantara tahun 2005 yang mendapat tanggapan begitu meriah dari media cetak nasional dan daerah serta peliputan yang sangat aktif dari media elektronik ( televisi ).

Minggu, 01 Maret 2009

Gasing Tempurung Kelapa

Gasing Tempurung Kelapa dari Rembang - Jawa Tengah

Gasing Rembang

CARA PEMBUATAN GASING TJ PINANG

CARA PEMBUATAN GASING TJ PINANG

Bahan : Kayu Mentigi, Alat : Mesin Bubut Manual, parang, tatah, gergaji

pembuatan gasing tj pinang

Potongan kayu mentigi dibubut langsung membentuk Gasing yang dikehendaki, Gasing Uri, Gasing Pemangkak dan Gasing Penahan.

tjpinang

Setelah berbentuk gasing, kemudian dihaluskan. Kayu sepanjang 50 cm, biasanya bisa menjadi tiga buah gasing.

tj pinang

Kemudian bagian tengah gasing diberi kawat supaya putaran tahan lama, dan langsung di “ balancing “ dengan cara memutar gasing di atas sebuah papan.

GASING TANJUNG PINANG

GASING TANJUNG PINANG

tj pinangMasyarakat Tanjungpinang tepatnya di Manisa, Baranti Sidrap, memiliki beberapa bentuk gasing diantaranya ; made'pak ( Gemuk ) dan Malongke ( Kurus ) dengan tinggi 9 - 10,5 cm, diameter badan : 6 - 6,5 cm, keliling badan 18 - 20,7 cm dan berat : 147 - 200 gram.

Bahan / jenis kayu yang digunkan untuk membuat gasing adalah Ace - Ace.

Arena permainan gasing biasanya di tanah padat, halus, tidak retak, dan tidak berumput dengan ukuran + seluas lapangan tenis berbentuk persegi panjang.

Permainan gasing di Tanjungpinang dimainkan oleh anak-anak / remaja / orang tua dengan jumlah pemain sesuai kesepakatan. Sistem pertandingan bisa secara beregu maupun perorangan. Aturan permainan pertandingan yaitu sistem pukul mati dan sistem diputar. tj pinang

Waktu pemain sesuai kesepakatn bersama diantara pemain. Peralatan pendukung bermain gasing adalah tali yang panjangnya 157 - 185 cm dengan diameter pangkal 4 mm, ujung 2 mm. Bahan tali umumnya berasal dari serat awaru. Teknik pembuatan tali gasing : ambil dua lembar serat Awaru, dibuat tali pada pertengahan + 4 cm, kemudian dibuat tali + 4 mm (pangkal ) ke ujung + mm ( makin keujung makin kecil )

Gasing Tj. Pinang

Cara bermain dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu : pertama, Regu 1 memukul mati semua gasing, regu 2 manade' ( melempar ) dengan jarak tertentu, contoh 10 meter dipasang semua gasing lawan kemudian dilempar, kalau ada dikena, dapat point, dilanjutkan lagi dengan pukul mati. Kalau tidak ada dikena pada waktu mangade' atau tidak habis mati diadakan pertukaran pemain. Kedua, pemain bersama memutar gasing ( sistem gugur ).

Gasing Telor Lombok Timur

Gasing Telor Dari Desa Rumbuk - Lombok Timur

gasing-telor-lombok

Di Pulau Lombok - Nusa Tenggara Barat, terdapat berbagai Bentuk Gasing. Gasing Bentuk Jantung, adalah salah satunya. Gasing jantung ini, berasal dari desa Rumbuk, Kecamatan Sakra, Kabupaten Lombok Timur. Gasing jantung ini sudah dimainkan berpuluh-puluh tahun yang lalu, secara turun temurun. Terbuat dari kayu Beringin, kayu Nangka atau kayu Kesambi, yang memang banyak tumbuh di daerah itu.

gasing-telor-lombok-main
Gasing Jantung, yang oleh masyarakat desa Rumbuk dikenal dengan Gasing Telor dan Gasing Blenjo ini merupakan permainan tradisional yang masih dimainkan oleh anak-anak maupun orang dewasa.

Gasing Telor

Bahkan tak jarang, di desa-desa diadakan lomba adu gasing antar kelompok. Gasing Telor dan Gasing Blenjo ini termasuk jenis Gasing aduan. Cara memainkannya pun diadu antara gasing yang satu dengan gasing yang lain secara beregu.

Selain Gasing Telor dan Gasing Blenjo, di daerah tersebut juga dikenal Gasing Botol, karena bentuknya yang menyerupai botol.

Gasing Lombok Timur : Begasingan

Pemantok & Penggorong
Dari Masyarakat Sasak, Lombok

org-megang-gasingBegasingan merupakan salah satu dari permainan yang mempunyai unsur seni dan olah raga, dan merupakan permainan yang tergolong cukup tua di masyarakat Sasak.

Begasingan ini berasal dari dua suku kata yaitu Gang dan Sing yang artinya ; Gang adalah lokasi lahan / lorong, Sing artinya suara.

pemantok-dan-penggorong

Permainan ini biasanya dilaksanakan pada tempat atau lokasi yang kosong dimana saja bisa dilaksanakan atau diadakan tidak seperti permainan lain.

Seni tradisional ini mencerminkan nuansa kemasyarakatan yang tetap berpegang kepada petunjuk dan aturan yang berlaku di tempat permainan itu. Nilai - nilai yang berkembang di dalamnya selalu mengedepankan rasa saling menghormati dan rasa kebersamaan yang cukup kuat serta utuh dalam melaksanakan suatu tujuan dan selalu menjunjung tinggi nilai-nilai luhur yangmenjadi kebanggaan jati diri.

Permainan ini biasanya dilakukan oleh semua kelompok umur dan jumlah pemain tergantung kesepakatan kedua belah pihak di lapangan.

Gasing yang besar namanya pemantok, khusus dipakai memukul. Gasing yang kecil dinamai pengorong atau pelepas, khusus untuk diputar atau dipasang untuk segera dipukul. Gasing ini berasal dari desa Semaya, Kecamatan Sikur, Kabupaten Lombok Timur.

Gasing Suku Sasak Lombok

Bahannya terdiri dari kayu asam dan besi pinggirnya dari beji baja kolaher yang dipande. Besinya dirawat dengan menggunakan Autosol yang sebelumnya dibersihkan dengan amplas terlebih dahulu,

GASING PADANG SUMATERA BARAT

GASING PADANG SUMATERA BARAT

imga4000

Dimainkan pada tanah keras dan padat dimainkan pada area bebas berukuran 9 x 9 meter berbentuk bulat/ lingkaran. Dimainkan oleh anak-anak, remaja dan orang tua secara berkelompok maupun perorangan.

Sistem pertandingan : peserta mendaftarkan diri, mencabut nomor undian (lotting), gasing yang keluar dari lingkaran dianggap batal. Bagai peserta yang belum siap dilanjutkan dengan peserta lain. Peserta yang tidak siap, akan dipanggil kemudian setelah peserta lain selesai bermain.

GASING MAKASSAR

GASING MAKASSAR

MAGGASING ATAU AKGASING

A. Peranannya
g-makassarMakgasing adalah penamaan dalam bahasa Bugis sedangkan orang Makassar menamainya akgasing yang dalam bahasa Indonesia umumnya dikenal dengan bermain gasing.
Penamaan permainan ini bersumber dari peralatan pokok yang digunakan dalam bermain yaitru gasing.

B. Peristiwa, Suasana dan Waktu Bermain
Permainan gasing dapat dilakukan dipagi atau sore hari sebagai pengisi waktu senggang, juga diikut sertakan pada upacara-upacara pesta panen.
Selain berfungsi sebagai sekedar permainan juga biasanya bersifat kompetitif dan dijadikan sarana pertaruhan. Menimbulkan suasana kegemberiaan dan juga senantiasa tegang, karena masing-masing pemain berusaha untuk memenangkan permainan.
C. Latar Belakang Sosial Budaya

Merupakan permainan rakyat pada umumnya yang memerlukan keahlian dan kecekatan seseorang. Selain menimbulkan suasana gembira dan harap-harap cemas, karena bersifat kompetitif, merupakan pula sarana sosialisasi dikalangan anak-anak remaja.g-makassar


Seorang yang hoby bermain gasing tidak hanya bermain di lingkungannya saja tetapi kadang-kadang ke desa lain. Mereka saling kunjung mengunjungi. Demikian pula misalnya dalam memeriahkan pesta panen, anak-anak dan remaja diberikan kesempatan melibatkan diri walaupun hanya sekedar bermain gasing. Dengan demikian secara tidak langsung mereka dididik untuk lebih menghayati bahwa mereka merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan masyarakatnya. Dalam hal ini nampak bahwa peranan permaianan sebagai sarana sosialisasi.

g-makassar

Permainan ini bersifat musiman yaitu sesudah panen atau dimusim kemarau, hal ini disebabkan lokasi permainan yang membutuhkan tanah keras dan datar.

Tidak semua pemain gasing mampu membuat gasing, pembuatannya membutuhkan keahlian dan ketekunan dari seorang dengan menggunakan bahan dari jenis kayu yang berkualitas tinggi, seperti kayu jati, teras batang nangka, kayu bayam, teras batang jambu dan buah kepundung (pude dalam bahasa Bugis Makassar) dan sebagainya.

Karena bahannya tidak semua orang dapat membuatnya maka didalam suatu desa atau kampung terdapat pembuat-pembuat gasing, melalui mereka inilah gasing dipesan oleh penggemarnya dengan imbalan jasa. Dengan demikian mempunyai arti ekonomis bagi seseorang.

D. Latar Belakang Sejarah Perkembangannya
Asal usul permainan ini belum dapat dipastikan benar, namun dugaan yang paling kuat berasal dari Sumatera, sebagaimana yang dikemukakan oleh KAUDEREN dan MATTHES dalam bukunya “TOT BIJDRAGEN DE ETNOLOGIE VAN ZUID CELEBES” bahwa : Kemungkinan berkembang ke daerah-daerah lainnya sesudah Islam, melalui hubungan dagang. Khususnya di Sulawesi Selatan kemungkinan ini dapat diterima karena sejak lama telah terjadi kontak dengan orang-orang Melayu khususnya Sumatera.

Adapun permainan ini umumnya dikenal diseluruh Kepulauan Nusantara, faktor yang menunjang perkembangan permainan gasing ialah bahannya yang mudah didapatkan serta jalannya permainan yang termasuk mengasyikkan, namun akibat perkembangan teknologi yang juga berbagai bentuk permainan yang modern, sehingga permainan ini mulai terdesak.

Didaerah perkotaan dapat dikatakan hampir tidak dijumpai lagi, kecuali di pedesaan / kampung-kampung masih sering dijumpai dan dilakkan oleh anak-anak belasan tahun.

g-makassar
E. Peserta / Pelaku
Jumlah pemain adalah 2 sampai 6 orang, tingkat usia yaitu anak-anak sampai remaja. Jenis kelamin laki-laki.

Latar belakang sosial : Merupakan permainan dari segenap lapisan masayarakat, mengenai latar belakang sosial peserta dihubungkan dengan stratifikasi sosial tradisional suku Bugis-Makassar, maka kelompok-kelompok sosial yang sederajat.

F.Peralatan dan Perlengkapan Permainan
Gasing terbuat dari jenis kayu yang berkualitas baik, kayu tersebut dibentuk bulat dengan garis menengah antara 2,5 – 4 cm, bagian bawahnya agak dilancipkan yang ujungnya dibentuk seperti paku dengan tonjolan sepanjang kira-kira 3 mm.

Belakangan ini telah menggunakan paku besi yang ujungnya di tumpulkan, tonjolan inilah yang menyentuh tanah sewaktu gasing berputar dan berpusing.

Dengan penggunaan paku besi tidaklah berarti punahnya gasing yang menggunakan cara lama, karena masih ada juga yang menggemarinya. Untuk jenis yang menggunakan cara lama ini disebut oleh orang Bugis dengan Gasing Paku Rialena dan orang Makassar menyebutnya Gasing Paku Rikalena. Buah Kepundung yang dibuang isinya kemudian diberi bertangkai dari bambu.

Ulang / Bannang, Ulang untuk sebutan orang Bugis atau Bannang di daerah Makassar yaitu Tali yang kuat tidak mudah putus yang berdiameter 1 mm, dengan panjang sekitar 3 m.

Salah satu ujung tali di buhul kuat-kuat dan ujung yang lain dikaitkan pada sekerat kayu kecil sebesar lidi yang panjangnya 3 cm. sekerat kayu ini berfungsi menahan benang sewaktu gasing dilontarkan.

G.Jalannya Permainan
Dilakukan diatas tanah datar dan keras. Pertama-tama kepala gasing dipegang atau digenggam dengans satu tangan, kemudian tangan satunya memasang tali dipaku gasing.g-makassar-8

Caranya ialah buhul di ujung tali dilekatkan paku gasing, kemudian ditekan dengan telunjuk tangan yang menggenggam gasing. Selanjutnya tali dililitkan kuat-kuat dan rapat sampai kira-kira tiga perempat badan gasing terbalut, setelah itu ujung tali yang satunya atau tersisa diikatkan pada sekerat kayu disisipkan diantara jari telunjuk dan jari tengah.

Dengan ini berarti gasing telah berpindah tangan ke tangan yang melilitkan benang, digenggam kuat-kuat kemudian dilontarkan kedepan. Sewaktu akan menyentuh tanah talinya disentakkan dengan tangan yang satu, maka gasing tersebut berputar, lontaran yang kuat dan sentakan tali yang tepat menentukan lamanya putaran gasing.

Sehubungan dengan lamanya gasing berputar ditentukan pula oleh :

  • Kualitas gasing, yaitu jenis kayu yang digunakan, karena semakin berat gasing itu semakin lama pula putarannya; keseimbangan ukuran bulatan dan tinggi badan gasing serta kehalusannya rautan turut menentukan keunggulannya.
  • Papat atau kuatnya benang yang dililitkann atau dibalutkan pada gasing, sebab kalau tidak demikian maka sewaktu gasing akan atau sementara dilontarkan maka benang yang melilit akan terlepas / melorot keluar sehingga gasing akan terlempar begitu saja tanpa berputar.
  • Keahlian seseorang dalam bermain, mengeluarkan semua gasing lawan dari lingkaran, pemain inilah yang dianggap sebagai pemenang.

H.Peranan Masa Kini
Permainan gasing telah hampir mengalami kepunahan, di daerah Sulawesi Selatan pad umumnya di daerah kediaman suku Bugis Makassar pada khususnya sudah sangat jarang dijumpai, karena generasi kemudian tidak lagi begitu gemar.

Kalau dimasa silam digemari oleh anak-anak dan kalangan remaja, maka pada masa-masa terakhir ini hanya dilakukan oleh anak-anak saja dipedesaan dan itupun dalam jumlah yang sangat terbatas.

Dengan melihat kondisinya sekarang ini sudah tidak berperanan lagi sebagai permainan umum dikalangan anak-anak dan remaja, maka dipastikan akan mengalami kepunahan.

Gasing Lombok Timur : Begasingan

Pemantok & Penggorong
Dari Masyarakat Sasak, Lombok

org-megang-gasingBegasingan merupakan salah satu dari permainan yang mempunyai unsur seni dan olah raga, dan merupakan permainan yang tergolong cukup tua di masyarakat Sasak.

Begasingan ini berasal dari dua suku kata yaitu Gang dan Sing yang artinya ; Gang adalah lokasi lahan / lorong, Sing artinya suara.

Permainan ini biasanya dilaksanakan pada tempat atau lokasi yang kosong dimana saja bisa dilaksanakan atau diadakan tidak seperti permainan lain.

Seni tradisional ini mencerminkan nuansa kemasyarakatan yang tetap berpegang kepada petunjuk dan aturan yang berlaku di tempat permainan itu. Nilai - nilai yang berkembang di dalamnya selalu mengedepankan rasa saling menghormati dan rasa kebersamaan yang cukup kuat serta utuh dalam melaksanakan suatu tujuan dan selalu menjunjung tinggi nilai-nilai luhur yangmenjadi kebanggaan jati diri.

Permainan ini biasanya dilakukan oleh semua kelompok umur dan jumlah pemain tergantung kesepakatan kedua belah pihak di lapangan.

Gasing yang besar namanya pemantok, khusus dipakai memukul. Gasing yang kecil dinamai pengorong atau pelepas, khusus untuk diputar atau dipasang untuk segera dipukul. Gasing ini berasal dari desa Semaya, Kecamatan Sikur, Kabupaten Lombok Timur.

Bahannya terdiri dari kayu asam dan besi pinggirnya dari beji baja kolaher yang dipande. Besinya dirawat dengan menggunakan Autosol yang sebelumnya dibersihkan dengan amplas terlebih dahulu,

GASING KALIMANTAN TIMUR

PERMAINAN TRADISIONAL RAKYAT KALIMANTAN TIMUR
BEGASING.

Begasing merupakan jenis permainan tradisional Kalimantan Timur, baik masyarakat pedalaman maupun masyarakat pesisir pantai. Dalam permainan ini sangat mencerminkan lapisan atau stratifikasi dalam masyarakat. Hal ini dapat kita lihat dalam pengunaan kata haluan (pesuruh), Mentri dan Raja (Meruhum dalam bahasa Kutai). Permainan ini sangat memerlukan kecepatan dan kecermatan serta konsentrasi dari pemain. Permainan ini dilakukan tidak mengenal musim.

Peralatan.
1. Gasing.
Bahan dari kayu keras (ulin atau Benggeris) dengan bentuk : bahagian atas disebut kepala bentuk bulat dengan diameter 1,5 cm, tinggi 2 cm pada bagian puncak dibuatagak miring. Pada bagian tenagah berbentuk bulat dimana semakin ke bawah semakin runcing. Titik pertemuan ini harus pada pertengahan sehingga gasing ini seimbang. Tinggi gaing 10-15 cm. Yang paling penting diperhatikan dalam pembuatan gasing ini adalah keseimbangan antara kepala, badan dan lain-lain.

2. Tali.
Bahan dari kulit kayu Jomok yang diolah dengan cara memukul kulit kayu untuk membuang kulit luar dan kemudian dijemur. Setelah keringkulit kayu dipilih sebesar jari tangan dan biasanya semakin keujung semakin kecil. Panjang tali ini
tergantung besarnya gasing yang akan dipakai. Biasanya1-1,5 meter.

Jalannya Permainan.
Permainan ini biasanya dilakukan di atas tanah dengan ukuran minimal 4x4m, dimana bisa dilakukan 2,3 atau 4 orang. Masing-masing peserta harus menyediakan peralatan yang dibutuhkan dalam permainan. Permainan ini merupakan permainan anak-anak umur 10 sampai orang dewasa umur 40 tahun.

Untuk memulai permainan masing-masing pemain akan memutar gasingnya sekuat tenaga dengan cara melilitkan tali pada gasing dimulai dari kepala gasing sampai sekitar perut sehingga tali itu tersisa untuk pegangan. Setelah tali dipasang maka masing-masing pemain akan melepaskan gasingnya dengan cara menarik tali sehingga terlepas dari tanah dan berputar. Palaksanaan pemutaran gasing secara serentak ini disebut "beturai"

Gasing yang terlebih dahulu berhenti dinyatakan sebagai pihak yang kalah dan dia dinyatakan sebagai haluan. Gasing yang paling terahir berhenti disebut raja sedang nomer dua disebut Mentri. Jika gasing berhenti bersamaan maka hal ini harus diulangi.

Jika sudah ditentukan masing-masing pemain maka permainan dimulai, dimana pemain haluan terlebih dahuli memutar gasingnya. Sewaktu gasingnya dalam keadaan berputar pemain kedua (mentri) akan memukul gasingnya dengan cara yang sama. Jika gasing haluan tadi kena dan terpelanting sedangkan gasing mentri tetap berputar, maka permainan akan dilanjutkan pemain berikutnya (raja) dimana dia akan memukulkan gasingnya kepada gasing mentri. Kalau gasing raja tadi mengenai gasing mentri sehingga gasing mentri terpelanting dan gasing raja tetap berputar maka permainan akan dilanjutkan seperti diatas.

Kalau seandainya salah satu pemain sewaktu memukulkan gasingnya tidak mengenai sasaran yang dalam bahasa Kutai disebut Tebut, atau sewaktu memukulkan gasing haluan tetap berputar dan berhenti kemudian maka pemain tadi turun posisinya menjadi haluan. Sedangkan gasing yang sebagai haluan naik jabatannya menjadi mentri.
Di waktu gasing haluan tadi masih dalam keadaan berputar pemain berikutnya (raja) boleh melakukan pikulan dan kalau mengeni sasaran maka posisi untuk pemain selanjutnya dia tetap menjadi raja. Tetapi kalau tidak mengenai sasaran maka dia akan turun posisinya menjadi mentri.

Demikian permainan ini berlangsung dimana masing-masing pemain akan silih berganti posisi atau jabatan sehingga pemain yang paling sering akan paling lama menjadi haluan akan dinyatakan sebagai pihak yang kalah.

GASING KALIMANTAN BARAT

1. ASAL USUL LAHIRNYA PERMAINAN GASING

Dua suku asli dan terbesar yang menghuni Kalimantan Barat yaitu Dayak dan Melayu. Kedua suku ini memang mempunyai banyak kesamaan-kesamaan budayanya diantaranya adalah permainan gasing. Yang berbeda hanyalah dalam penyebutan atau bahasa yang digunakan. Tidaklah heran bila dalam penuturan asal usul permainan gasing ini dibuat dalam dua bahasa atau penyebutan, tidak lain agar para pembaca sedikit dapat memahami inilah kultur sebagian kecil bangsa ini.

Konon Gasing pada masyarakat Dayak Kanayatn lebih dikenal dengan Pangka atau Bapangka’ dan sebaliknya Bepangkak menurut melayu dalam hal inilah maka sengaja penulis hanya menuturkan menurut versi dayak karena menurut legenda dan ceritanya banyak kesamaannya.

Menurut cerita yang terdapat pada orang Dayak Kanayatn, gasing adalah Manusia ?Talino? jelmaan jubata ?Tuhan? yang disebut NEK GASIKNG bernama ? NEK ABAKNG SAJINTE JUBATA TAPAKNG, juga sebagai penguasa pohon-pohon kayu yang tumbuh dihutan. Sehingga Janis kayu yang dibuat sebagai bahan gasing yang terbaik adalah urat/bandir ?akar? dari kayu Tapakng.

Pangka’ gasing bagi masyrakat Adat Dayak Kanayatn, diakui sebagai salah satu unsur Budaya adat yang telah lama dilakukan secara turun temurun dan tidak hanya Permainan belaka, melainkan memiliki makna bagi kehidupan manusia, maka dari itu pangka’ gasing adalah merupakan tradisi Budaya adat, yang penyelanggaraannya ditentukan pada musim atau waktu dalam proses kegiatan Bahuma atau berladang ?bertani padi?, yaitu pada saat padi mulai ditanam sampai pada panen raya ?beranyi? padi.

Konon manusia (Talino) pada mulanya tidak mengenal beras atau padi sebagai bahan makanan pokok, melainkan sejenis cendawan (kulat/jamur) yang tumbuh dan diambil dari batang kayu yang telah mati. Melihat kehidupan manusia seperti itu, Nek Gasikng melakukan kegiatan berputar ditengah-tengah ruang utama samik, dengan tujuan agar padi turun ke bumi, dan menjelang subuh Nek Uit-uit memanggil padi/beras ?Nyaru’Leko? di tengah pante ?teras rumah?. Karena Nek Gasikng melakukannya sendiri, maka ia memiliki keinginan membuat benda yang dapat berputar menyerupainya yang berputar, sehingga ia mengambil akar Tapakng sesuai namanya untuk membuat sebuah gasing yang menyerupai namanya juga.

Setelah itu gasing mulai dimainkan oleh manusia (Talino?, saat itu juga tanpa disadari oleh manusia ternyata dari khayangan seorang jelmaan Putra Jubata (Tuhan) yang bernama BARUAKNG tertarik untuk bermain gasing atau berpangka’ dengan anak-anak manusia yang ada dibumi. Dengan ketertarikannya itu ia memutuskan turun kebumi untuk mengajak anak manusia berpangka’ gasing.

Berawal dari Baruakng dan anak manusia bermaain gasing saat itulah padi dikenal oleh manusia dibumi sebagai makanan pokok. Baruakng setiap kali turun kebumi bermain gasing selalu membawa bekal nasi, sedangkan manusia berbekal jamur/kulat karang, nak-anak manusia yang bermain gasing bersama Baruakng. Menjadi penasaran anak manusia melihat makanan Baruakng seperti ulat, putih bersinar, sehingga anak-anak manusia mencoba memakannya. Setelah memakannya anak manusia tertidur karena rasa nasi Baruakng sangat enak dan nyaman. Merasa nasi itu enak, anak-anak manusia meminta kepada Baruakng agar dibawa kebumi contoh bijinya atau bibitnya untuk disampaikan kepada Nek Inang-inang (orang tua anak manusia yang berpangka; gasing bersama Baruakng).

Keesokan harinya Baruakng berencana membawa biji padi kebumi, namun dimarahi oleh orang tuanya yang bernama NEK SIJAEK sehingga ia mencari akal, karena Baruakng belum bersunat maka ia menyembunyikan biji padi itu dalam kekulit kamaluannya, (sehingga sekarang Baruakng disebut Nek Baruakng Kulub).

Sampai dibumi Baruakng memberi tahu kepada manusia agar biji padi itu ditanam ditempat yang tersembunyi agar tidak terlihat oleh bapaknya, dan disarankan supaya ditanam didapur tempat pembakaran yang ada dalam rumah, saran tersebut dipenuhi dan dituruti oleh manusia.

Talinsikng Papatn Inge, Talinsikng ka’surambi
Nek gasikng turunt pene, Bakulilikng Tangah sami’
Tangilikng ka’ surambi Ansuit dalapm langko
Bakulilikng tangah sami’Ne’ Uit-uit nyaru’ leko
Ansiut dalapm langko, Nyingkubakng tongkotn tanga’
Ne’ Uit-uit nyaru’ langko,Ne’Baruakng maba Pangka’
Nyingkubakng Tongkotn Tanga’Bakoro nangah sare

Ne’ Baruakng maba pangka’, Baleko Tangah Pante
Bakaro nangah sare, Tarado pulo bantan
Baleko tangah pante,pangka’ tangah laman
Tarado pulo bantan,barapi uncok limo,
Pangka’ tangah laman,Padi turun ka’ Talino,
Barapi oncok limo, Angkala’ pamumpunan,
Padai turun ka’ Talino,Pangka’ bakaturunan
Angkala’ pamumpunan, Bajantok Batimang padi
Pangka’ bakaturunan,Ne’Tingkakok Batimang padi Bajantok ka’ talidi, Satangkakng tama bubu Ne’ Tingkakok batimang padi, padi atakng lalu baribu.

Satangkakng tama’ bubu, Baui raba pango’
Padi atakng lalu baribu, ia tama dalapm dango
Baui raba pongo, Satangkakng batakng munukng Padai tama’ dalapm dango, Lalu atakng da’ Ne’ untukng,
Satangkakng batakng munukng,kandis bunga lada
Atakng da’ Ne’ untukng, Minta tulis ka’ Jubata
Kandis bunga lada,Mampak kayunya raya
Minta tulis ka’ Jubata, ia beranak menjadi raya
Karake’ ada sakojek,Bajuntukng pucuk sangkuang
Minta tele’ka’Ne’sijaek,Minta’ unsure ka’Ne’Baeuakng.

Konon pula menurut versi cerita suku melayu Kalimantan Barat khususnya Kabupaten SAMBAS, Timbulnya permainan ini menurut ceritanya adalah sebagai berikut:

Seorang putra khayangan yang turun kebumi sedang melihat anak manusia yang bermain dan ia tertarik dengan permainan ini yaitu memainkan sepotong kayu yang berputar-putar dihalaman rumah anak manusia tersebut, anak bangsa khayangan ini merasa heran campur senang sepotong kayu yang telah dibentuk sedemikian rupa dapat berputar dengan cara dilempar dengan menggunakan seutas tali, kemudian dengan kekagumamannya, ia mengajak anak manusi naik kekhayangan dengan membawa benda yang dimainkan tersebut, sesampainya di Khayangan dimintanya anak manusia untuk memainkan permainan itu di hadapan anak-anak bangsa Khayangan, mereka semua terkagum – kagum dengan permainan tersebut, kemudian anak manusia diberi makan, pada saat diberi makanan tersebut, giliran anak manusia yang terheran karena belum pernah ia makan makanan yang berbiji putih dan nikmat sampai perutnya merasa kenyang dan kenyangnyapun lama, melihat anak manusia yang makan dengan banyak dan senang sehingga tergugahlah perasaan anak bangasa Khayangan lalu iapun berkata ’’nanti akan saya bawakan benda ini kebumi’’ dengan sarat kamu harus selalu memainkan benda ini.

Kemudian anak manusia diantarkannya pulang kebumi, dan sesuai dengan permintaan anak bangsa Khayangan, anak manusia tadi selalu memainkan permainan ini, hampir lupa dengan apa yang telah diucapkan pada waktu mereka bermain dikhayangan, datanglah anak bangsa Khayangan dengan membawa sebutir biji benda yang dikeluarkannya dari kemaluannya karena takut dimarahi oleh orang tuanya maka biji tersebut disimpan dalam kemaluannya, benda tersebut dimintakan oleh anak bangsa Khayangan untuk ditanam.

Anak manusiapun menurut apa yang dimintakan, biji tersebut ditanam dan dari hari kehari makin menampakkan pertumbuhannya semakin banyak pula, sesuai permintaan anak bangsa khayangan agar selalu memainkan permainan ini, dan biji yang ditanam tadipun akhirnya telah layak untuk diambil, dari satu biji yang ditanam hasilnya berlipat ganda beribu-ribu banyaknya, maka biji tanaman ini terus dikembangkan.

Sejak saat itulah tanaman ini dikenal oleh manusia sebagai makanan pokok yang dapat mengenyangkan dan tahan lama. Oleh anak manusia permainan yang berputar serta berpusing tersebut diberilah nama’’ GASING’’.

Sampai saat ini permainan ini dimainkan oleh anak manusia mulai musim bertanam padi sampai masa panen. Dengan turunnya padi kepada manusia kebumi, maka Pangkak gasing (bermain gasing) dilakukan turun-temurun bagi masyarakat dayak (KALIMANTAN BARAT PADA UMUMNYA) hingga sampai sekarang ini dari tingkat pedesaan sampai tingkat Propinsi KALBAR, baik dalam acara peringatan hari-hari besar agama,gawai NAIK DANGO, pesta ulang tahun kerajaan maupun peringatan hari-hari besar Nasional. Padi dengan gasing berhubungan sangat erat sekali,sehingga didalam kehidupan orang Dayak dan Melayu Kalbar,padi dibuatkan tempat khusus (dango padi/tamping) lumbung padi dimasukkan sebuah gasing yang namanya gasing gantang, ukuran gasing yang disimpan kedango padi tersebut ukurannnya sama dengan pengukur padi/beras sebagai alat timbangan tempo dulu yaitu GANTANG. Sedangkan didalam tempayan tempat menyimpan beras disimpan gasing cupak, yang ditutupkan pada mulut tempayan,dan pase untuk ukuran beras.

2. JENIS-JENIS GASING
Jenis gasing yang sering dimainkan ada dua macam yang terdiri dari: 1. Gasing untuk permainan berindu (URI). 2. Gasing yang digunakan khusus untuk bermain pangkak.

a. Gasing untuk permainan berindu.
Gasing ini tidak digunakan untuk dipangkakkan sebab bentuk dan gasingnya sangat berbeda dari gasing yang digunakan untuk berpangkak diantara cirinya yaitu mempunyai kepala yang kecil bagian burit sangat kecil(pasaknya halus) hanya diadu lamanya berputar,setelah diemban lalu dicedok dan diletakkan diatas piring kemudian diletakkan diatas meja,dibiarkan di meja sampai akhirnya gasing tersebut mati dengan sendirinya.

b. Gasing untuk bermain berpangkak.
Gasing ini digunakan untuk berpangkak,dengan berbagai jenis nya,diantara modelnya sebagai berikut:

  • Model buah gerambang/gasing epal atau buah ampaning.
  • Model Leper/gasing epal Tumpi
  • Model Botol/Gasing rojo pangkok.
  • Model Cantung pisang/Gasing rojo bangkukng.
  • Model jantung/Gasing palang

3. CIRI-CIRI DAN KEGUNAAN MODEL GASING

  • Gasing model buah gerambang/epal epeh ampaning.
  • Pakang/bagian pinggirnya dengan ukuran 2 sampai 3 cm. Tingginya 4 samapai 8 cm, kepala kecildan dapat digunakan untuk dipasangkan ataupun dipangkakkan.
  • Gasing leper/gasing epal Tumpi.
  • Pakangnya/bagian pinggirnya dengan ukuran 1 sampai 2 cm,tinggi 3 sampai 6 cm,bagian kepala kecil dan dapat digunakan adu uri sebagai penentu untuk mulainya berpangkak.
  • Gasing botol/gasing ronjo pangkok.
  • Gasing ini unkurannya 8 sampai 12 cm bagian pakang/pinggirnya tebal hampir menyerupai botol,hanya dapat digunakan untuk dipangkakkan sebab kekuatan putarnya tidak tahan lama.
  • Gasing cantung pisang/Gasing ronjo bangkukng.
  • Gasing ini ukurannya sama dengan gasing botol hanya badannya lebih besar,hanya dapat digunakan untuk memangkak gasing lawan.
  • Gasing jantung /Gasing palang.
  • Gasing ini hampir menyerupai organ jantung, ukurannya besar, mempunyai bahu/badan seperti gasing leper dan gasing buan gerambang, digunakan hanya untuk memangkak gasing lawan karena ketahanan lama berputarnya tidaklah kuat.

Untuk gasing berpangkak jenisnya ada dua macam yaitu:

  1. Gasing Murni (gasing polos); jenis gasing ini tidak ditambah apapun kecuali pasak dan motif kayunya harus asli.Untuk gasing standar Kalbar dengan ukuran keliling gasing 32cm dari bagian pakang/pinggir gasing yang terluar,sedangkan yang tidak standar biasanya ukurannya mencapai 40 cm beratnya sampai 2 kg.
  2. Gasing bertambah (gasing remot)adalah gasing yang telah dikombinasikan ditambah pemberat berupa timah yang ditambahkan pada keliling pakang gasing dan diberi simpai pengaman dari bahan almunium ataupun seng yang dipakukan untuk melindungi timah agar supaya timahnya tidak keluar dan bahan nya terbuat dari kayu jenis putih yang alot atau tidak mudah pecah bilapun gasing tersebut pecah saat dipangkak tidak membahayakan orang yang berada disekitarnya.Ketahanan atau lamanya berputar lebih lama bila dibandingkan dengan jenis gasing pangkak yang olainnya. Gasing ini hanya dimainkan oleh masyarakat Melayu Kabupaten Sambas.

CARA MEMPERBAIKI/MEMBETULKAN GASING & MERAWAT GASING

A. Cara memperbaiki/membetulkan gasing.

Setelah gasing selesai dibuat/dibubut atau diraut,agar gasing seimbang maka gasing perlu diuji untuk mengetahui apakah gasing sudah seimbang atau belum dengan cara sebagai berikut:

  1. Mengucil/memutarkan gasing tersebut dengan tangan,kemudian diberi tanda dengan spidol atau dengan menggunakan serpihan kayu kecil yang diberi air liur dibagian atas kepala gasing kemudian dilihat pada bagian mana yang sedikit atau kecil yang terkena spidol /air liur maka pada bagian pinggir pakang gasing tersebut diberi sedikit demi sedikit paku kecil/ tanah yang ditempelkan dibagian burit gasing lalu digeser-geser sambil tetap mengucil sehinggalah keadaan gasing benar-benar seimbang maka pada bagian yang diberi tanah tersebut diberi beberapa pemberat sehingga gasing benar-benar seimbang.boleh dengan memasang pasak terlebih dahulu atau memberi pasaknya kemudian .kegunaan memberi penyeimbang ini adalah agar gasing awet hidupnya atau lama berputarnya.
  2. Dengan mengucil/memutar atau menyurung (menghidup/ memutar gasing dengan sara mendorongkan gasing kedepan dengan terlebih dahulu membolang/ mengikat) gasing tanpa diberi pasak, pada bagian burit gasinglah yang akan diberi tanda dengan spidol dibagian yang terkena spidol, maka pada bagian tersebutlah yang akan diraut sampai kesemua bagian burit gasing terkena spidol maka gasing tersebut telah seimbang. Tahap berikutnya barulah memasangkan pasaknya, dengan terlebih dahulu melobangi dengan alat pelobang, pada pasak atu lobang diberi lem perekat agar pasak dapat merekat dengan lem kawin yang daya rekatnya 2 jam,barulah gasing terebut dipurtar lagi apabila sudah benar-benar seimbang,maka tahapan ini sudah mencapai tahap yang sempurna.

B. Cara merawat dan menyimpan gasing Agar supaya gasing tetap awet dan tahan lama ada beberapa cara perawatannya:

  1. Gasing diletakkan dalam parit atau dalam sumur/ perigi,khusus untuk gasing yang terbuat dari bahan kayu keras;seperti kayu mbaris dan kayu belian/ulin.
  2. Gasing diletakkan atau disimpan di tempat yang teduh dengan cara meletakkan gasing tersebut diatas sebuah bekas tempat/kotak sabun B 29.Untuk masing-masing satu tempat satu buah gasing.
  3. Membuat tempat khusus yang terbuat dari triplek yang silobangi yang disesuaikan dengan besarnya gasing,kemudian gasing diletakkan dengan posisi bagian atas gasing tetap diatas tidak dibalik-balikkan, tujuan meletakkan gasing bagian atas teap diatas adalah agar gasing tidak berobah keseimbangannya dengan demikian gasing tetap terjamin keawetannya.
  4. Sebelum gasing disimpan terlebuh dahulu gasing tersebut pada bagian bawahnya diolesi dengan oli agar pasaknya tidak karatan.
  5. Menyimpan tali gasing yaitu dengan cara memasukkan talinya dalam kantong plastik dan di ikat.
  6. Untuk gasing remot/gasing bertambah agar awet, setelah gasing selesai dibuat maka gasing tersebut diberi warna sesuai dengan yang diinginkan,kemudian dioles dengan lem super glue (lem kaca)kemudian dapat juga di cat dengan warna clear atau Warna transparan.

KETENTUAN DAN PANDUAN TEKNIS PERMAINAN GASING
KALIMANTAN BARAT

  1. Pertandingan gasing akan didahului adu uri oleh kedua regu yang bertanding.
  2. Pemenang uri ditentukan oleh putaran gasing yang terlama dan untuk regu pemenang uri mendapat nilai 15,berkesempatan untuk memangkak terlebih dahulu sebanyak tiga kali dan kemudian memasang tiga kali.
  3. Gasing pemasang/pemangkak tidak boleh untuk dibetulkan dan dipindahkan.
  4. Gasing yang sah putarannya bila posisi kepala gasing tetap berada diatas dan bagian pasaknya dibawah/di atas tanah.
  5. Gasing pemasang harus berada dalam lingkaran dan apa bila tidak berada dalam lingkaran ( sebanyak tiga kali memasang) dan gasingnya tidak berputar/hidup,gasing lawan tidak dapat memangkak gasing yang tidak berputar tersebut maka pihak lawan memperoleh nilai 10( sepuluh).
  6. Pemangkak harus berada diluar satu lingkaran garis yang akan dipangkak.
  7. Pemangkak yang mengijak garis /line sebagaimana telah ditentukan pada poin 6,tersebut diatas maka dinyatakan dis/kalah dan pihak lawan yang mendapatkan nilai sesuai letak gasing yang dipasang.
  8. Apabila gasing pemangkak tidak mengenai gasing lawan,maka pihak lawan akan memperoleh nilai sesuai letak gasing yang dipasang.
  9. Apabila gasing pemangkak dapat menyentuh langsung/mengenai gasing lawan,kemudian diadu gasing yang terlama berputar yang akan mendapatkan nilai sesuai letaj gasing tersebut.
  10. Apabila gasing pemangkak menyentuh/mengenai gasing lawan dan kedua-dua gasing tersebut keluar dari arena/lingkaran,maka keduabelah pihak tidak mendapat nilai.
  11. Gasing pemangkak harus menentuh langsung/mengenai tanpa menyentuh tanah terlebih dahulu dianggap syah,dan bila menyentuh tanah terlebih dahulu maka gasing lawan yang akan mendapatkan nilai sesuai letak gasingnya.
  12. Apabila talinya menyentuh gasing lawan dan mempengaruhi posisi gasing lawan atau gasing lawan menjadi mati (tidak berputar),maka niali diberikan pada gasing lawan sesuai letak gasingnya.

PERMAINAN GASING MELAYU SAMBAS

A. BAHAN DAN ALAT

BAHAN
Gasing terbuat dari kayu diantaranya adalah sebagai berikut: Kayu Mbaris,kayu Keranji, kayu Belian (ulin),kayu Laban tanduk,kayu Mampat, kayu Akasia,kayu Asam jawa,kayu Pertai cina, kayu Mirau, kayu jeruk sambal,(batang limau calung),kayu dungun. Pasak gasing yang didigunakan intuk pangkak terbuat dari besi.

PERMAINAN GASING MELAYU SAMBAS

A. BAHAN DAN ALAT

1. BAHAN

Gasing terbuat dari kayu diantaranya adalah sebagai berikut: Kayu Mbaris,kayu Keranji, kayu Belian (ulin),kayu Laban tanduk,kayu Mampat, kayu Akasia,kayu Asam jawa,kayu Pertai cina, kayu Mirau, kayu jeruk sambal,(batang limau calung),kayu dungun. Pasak gasing yang didigunakan intuk pangkak terbuat dari besi,sedangkan untuk gasing berindu (uri) pasaknya terbuat dari jarum jahit

2. ALAT.

  • Tali: Tali terbuat dari kulit katu seperti: Kulit kayu temaran ,Kulit Peluntan, kulit Baruk,dan dapat juga dibuat dari tali nyilon. Khusus untuk tali yang terbuat dari kulit kayu cara pembuatannya adalah dengan terlebih dahulu direndam beberapa hari,kemudian di pukul-pukul untuk membuang bagian kulit luarnya,lalu di jemur,dan selanjutnya dipintal menjadi tali sesuai yang diinginkan,pada bagian ujungnya lebih kecilsedangkan pada bagian tengahnya berdiameter antara 0,5 sampai 1,0 cm, panjangnya disesuaikan penggunaannya. Sedangkan untuk tali nyilon, tali harus dibuka terlebih dahulu kemudian dipintal lagi sebab tali buatan pabrik pintalannya kiri oleh karena itu tali tersebut dibuka dan dipintal disesuaikan dengan yang diinginkan.
  • Pencedok. Pencedok digunakan khusus untuk gasing berindu,terbuat dari potongan triplek ataupun kayu tipis dengan panjang kira-kira 15 sampai 20 cm dan bentuknya seperti sendok nasi.
  • Pancang/Tonggak kayu Pancang /tonggak kayu panjangnya kira-kira 2 meter dengan keliling 20 sampai 30 cm yang digunakan untuk tonggak tempat mengembankan gasing untuk gasing berindu,tonggak tersebut ditancapkan pada tanah tempat dimana permainan gasing akan dilaksanakan.
  • Piring/Pinggan. Piring atau Pinggan digunakan sebagai alas(wadah/tempat) gasing berindu yang berputar setelah diemban yang diberi sedikit minyak agar supaya permukaan piring/pinggan licin.
  • Perlengkapan lainnya seperti:

Getah kayu moras yang berguna agar tali tidak licin pada saat tali dibolang (diikatkan kegasing). Damar;berguna agar gasingnya tidak licin pada saat tali dibolang. Aplas; berguna untuk mengamplas pasak gasing agar cocok dengan tempat atau tanah dimana gasing akan dimainkan (khusus gasing pangkak).

B. TATA CARA PEMBUATAN GASING.

1. Tata cara pembuatan gasing berindu.
Untuk pembuatan gasing berindu dapat dilakukan dua cara

a. Cara Diraut:

  • Dengan cara diraut; pertama-tama kayu dibakal(dibulatkan sesuai bentuk bakal gasing.
  • Setelah berbentuk seperti gasing, pekerjaan meraut tetap dilakukan, gasing diputar dan diberi tanda dengan spidol dimana yang terkena spidol ditempat itulah yang perlu diraut,sampailah akhirnya kesemua bagian dari gasing terkena spidol selesai sebagian membuat gasing berindu.
  • Pembuatan pasak ; pasak dibuat dari jarum jahit ,bagian bawah (burit gasing) dilobangi dengan bor/gurdi dengan ukuran 0,5 sampai dengan 0,8mm kemudian disopak dengan kayu sepang yang terlebih dahulu diraut berbentuk bulat yang disesuaikan dengan mata bor sebagai pelobang. Pasak tersebut ditancapkan pada kayu sepang dengan sedikit –demi sedikit diansah/dipotong dengan batu canai(batu ansahan),sampai benar-benar gasing tersebut layak untuk dimainkan.

b. Dibubut/dilarik.

  • Kayu dibakal berbentuk seperti gasing(dibulatkansesuai bentuk gasing).
  • Setelah berbentuk seperti gasing,bakal gasing tersebut dilarik/dibubut dengan mesin bubut ,sempai menjadi bentuk gasing yang diinginkan.
  • Pembuatan pasak dan pemberian pasak sam halnya dengan cara pembuatan gasing yang Diraut.

2. Tata cara pembuatan gasing pangkak:

Untuk pembuatan gasing pangkak dapat dilakukan dua cara:

  1. Dengan cara diraut sebagai mana pembuatan gasing berindu namun dengan cara ini memerlukan waktu yang cukup lama,untuk mencapai hasil yang memuaskan.
  2. Untuk cara kedua ini; pertama-tama kayu dibulatkan,kemudian dibakal sehingga berbentuk sebuah bakal gasing yang siap untuk dilarik /dibubut.seperti berikut :

a. Pembuatan pasak.
Pasak gasing terbuat dari besi baut ukura 14 dan kikir bulat dengan ukuran 8s/d 12.
Cara kerja pembuatannya sebagai berikut:
Baut dilobangi dengan menggunakan bor listrik sedalam 1.cm, kikir bulat dipotong dengan menggunakan gerinda sepanjang 1,5.cm, kemudian diberi lem kawin (lem besi),seterusnya kikir bulat yang telah dipotong dimasukkan kelobang pada baut dirapikan/dihaluskan dengan menggunakan gerinda sesuaikan dengan yang diinginkan.

b. Bila gasingnya telah selesai dibubut bagian bawahnya (burit) Dilobangi untuk memasukkan pasak gasing yang telah tersedia disesuikan dengan panjangnya pasak.

POLA PERMAINAN

POLA PERMAINAN ADA TIGA CARA/SISTEM

A. Cara/Sistem Meraje atau Pangkak Barabo.

Cara/Sistem Meraje adalah apabila misalnya dalam 1 regu terdiri dari lima orang ,jadi bila kedua regu saling berlawan tahapannya adalah :

1. Pangkak system meraje diawali dengan berindu untuk menentukan siapa pemenang gasing yang paling lama berputar (masih hidup) dinyatakan sebagai pemenang, regunya mendapatkan poin 1 dan diberikan kesempatan untuk memangkak gasing lawannya dan jika orang pertama memangkak gasing lawan ternyata kena gasingnya tetep dirindukan .selanjutnya orang kedua memangkak dan orang kedua juga masang gasingnya dipangkak tidak kena gasing lawangnya (dabbok) gasing lawan tetap dibiarkan hidup(berputar),begitu juga untuk orang ketiga dan orang keempat ,orang kelimalah merupakan penentu bila gasing orang kelima memangkak ternyata kena maka gsing yang masih berputar (hidup) tetap dirindukan gasing yang matinya terakhir adalah pemenangnya dan mendapatkan poin, selanjutnya bila orang kelima ternyata ia memangkak dan tidak kena atau lobos(gasing terlempar tidak kena)maka regu pemasanglah yang mendapat poin gasing yang masih hidup tidak dirindukan,pada saat berindu posisi gasing tidak boleh untuk dibetulkan,sedangkan bila sudah giliran memasang posisi gasing boleh untuk bibetulkan dan jika sipemasang gasingnya lobos atau terlempar(tidak hidup)maka dapat digantikan oleh teman seregunya yang lain, sedangkan pemangakak tidak boleh digantikan dan posisi gasingnya tidak boleh untuk dibetulkan, begitulah seterusnya sampai pada poin yang ditentukan (untuk pertandingan poinnya sampai 10) sistem poinnya seperti poin permainan pingpong
Bila pertandingan persahabatan poin gimnya tergantung kesepakatan kedua regu.

B. Cara/Sistem Gantik alok atau Pangkak puit.

Cara/system ini didahulukan dengan berindu,untuk setiap regu dapat 1 orang atau lebih,misalkan satu regunya tiga orang maka kedua regu tersebut berindu dan gasingnya tidak boleh dibetulkan,regu yang gasingnya mati terakhir dinyatakan menang,kesempatan untuk mangkak bagi nya,setelah selesai mangkak selanjutnya sipemasang yang tadi pula yang mangkak dengan cara bergantian mangkak dan masang sampai kesepakatan bersama untuk selesainya. Bila menggunakan poin maka pangkak gantik alok ini dapat dilaksanakan pangkak model lingkaran yang setiap tahunnya diselenggarakan oleh Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Propensi Kalimantan Barat.

C. Berindu/Uri atau Bauri ( hanya diadu lamanya gasing berputar)

Jenis permainan gasing berindu ini dilakukan dengan cara sebagai berikut;

  • Gasing yang telah dibolang dengan talinya lalu diembankan kepancang yang telah tersedia.
  • Satu orang lainnya siap untuk mencedok gasing tersebut dan melatekkannya kedalam/atas piring yang dibawaoleh pencedok lalu kemudian gasing yang masih berputar didalam piring /atas piring diletakkan diatas meja yang telah tersedia dan dibiarkan sampai gasing tersebut mati dengan sendirinya,gasing tersebut diadu dengan gasing yang lainnya,gasing yang mati terakhirlah yang menjadi pemenang dengan tanpa harus dipangkak oleh lawannya.Sedangkan berindu pada gasing pangkak hanya penentu regu atau siapa yang berhak memangkak gasing lawannya.

GASING Jamplung

GASING Jamplung

Dari Pesisir Seginggi, Lombok

jamplung-yg-belum-di-catjamplung

Gasing Jamplung adalah salah satu jenis gasing yang terdapat di Pulau Lombok, tepatnya di daerah pesisir pantai Seginggi, Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Gasing ini termasuk gasing jenis bunyi, dan bahannya terbuat dari buah Jamplung ( nyamplung ), yang banyak terdapat di pinggiran pantai. Tangkai gasing terbuat dari serutan bambu yang berbentuk seperti lidi, berfungsi sebagai poros.

Biasanya, Gasing ini dimainkan oleh anak-anak dan orang dewasa di pantai saat mereka istirahat. Gasing ini merupakan gasing yang berfungsi untuk mengisi waktu luang saja dan sifatnya sebagai hiburan.

Untuk memperindah gasing, pada tubuh gasing digambari bermacam warna dan corak.

CARA MEMBUAT

Cari buah Jamplung yang sudah tua dan keringkan terlebih dahulu. Buat lubang ditengah badan buah Jamplung, lalu keluarkan isinya dengan cara mengkorek-koreknya. Jika isi buah Jamplung sudah keluar maka tinggal kulit buah Jamplung yang keras.

Lubangi ujung atas dan bawah buah jamplung, lalu masukkan lidi ( dari bambu ) dari lubang atas sampai lubang bawah, hingga lidi menonjol sedikit untuk dijadikan porosnya. Agar kuat, lubang atas dan lubang bawah diberi lem untuk memperkokoh lidi tersebut untuk dijakdikan poros. Jadilah Gasing Jamplung.


CARA MEMAINKANNYA

cr-main-jamplung

Ambil tangkai Gasing, lalu letakkan dan jepit diantara kedua telapak tangan. Putar dengan menggeser kedua telapak tangan dengan arah yang berlawanan, dan lepas Gasing ke lantai. Gasing dengan sendirinya akan berputar. Jika putaran Gasing cukup kencang maka Gasing tersebut akan mengeluarkan bunyi yang nyaring dan merdu.

GASING LAMPUNG

Di Propinsi Lampung, tepatnya di daerah Panengahan Kalianda Lampung Selatan, permainan gasing disebut Pukang. Permainan Pukang ini sering dilakukan secara berkelompok dengan jumlah pemain antara 3 hingga 6 orang atau lebih. Tempat bermain pukang merupakan tanah lapang yang luasnya memungkinkan untuk leluasa memukul gasing, karena itu sedapat mungkin jaraknya jauh dari rumah penduduk. Misalnya, di lapangan tempat penjemuran kopi atau lada. Hal ini guna mengantisipasi terjadinya kerusakan rumah (kaca pecah) yang disebabkan benturan gasing yang melenceng liar tanpa tujuan.

Waktu bermain biasanya sore hari setelah anak-anak pulang mengaji dan sering pula diadakan untuk meramaikan perayaan HUT Kemerdekaan RI atau juga sewaktu hajatan resepsi pernikahan. Para pelaku didominasi kaum lelaki dari berbagai usia baik anak-anak, remaja, maupun orang tua.

Gasing atau pukang, yang dewasa ini difungsikan sebagai alat permainan olah raga anak-anak, dibuat dari kayu pilihan, seperti: kayu kemuning, sawo, nyam lalat (?) atau merbau. Setiap bahan kayu harus memenuhi persyaratan, yaitu : keras, bobotnya berat dan agak berminyak dan juga tidak mudah retak atau pecah. Tujuannya agar mantap saat memukul, serta licin bila dipukul. Di samping itu juga tidak mudah gompel/gompal (cacat) bila kena pukulan lawan.

Ada beberapa tahap dalam pembuatan gasing. Pertama adalah pemilihan kayu yang sesuai kriteria (biasanya berupa balok berukuran panjang 14 cm, lebar 9 cm dan tebal 9 cm). Kedua, pengukuran agar diperoleh kesesuainan keseimbangan dan hasil yang memuaskan. Pengukuran dilakukan untuk menentukan batas-batas bagian yang harus dibuang. Secara garis besar pengukuran dibagi ke dalam beberapa bagian, yaitu:
1. Kepala berukuran 3 cm (kepala 1,5 cm dan leher 1,5 cm) dengan lingkaran kepala 8 cm;
2. Badan berukuran 11 cm (leher badan 3 cm dengan lingkaran leher 7 cm) serta lingkaran tengah perut 16 cm dan ekor gasing 7 cm.

Tahap berikutnya adalah membentuk atau memahat berdasarkan ukuran yang telah ditentukan. Dan diakhiri dengan penghalusan (finishing).

Selanjutnya, dibuatkan seutas tali yang terbuat dari kulit kayu herbang yang daunnya seperti daun kayu sukun atau terbuat dari kain. Cara pembuatan tali biasanya dilakukan dengan cara memilin atau memintal kulit kayu atau kain tersebut.

Bentuk gasing pada dasarnya berbentuk lonjong. Namun, dalam hal “potongan” atau gaya sering berdasarkan selera penggemar atau pembuatnya. Misalnya bagian badannya ada yang berbentuk ubi bengkuang dan berbentuk sekuntum bunga yang belum mekar. Gasing yang bagus untuk diadu ialah gasing yang berpotongan seperti bulatnya telur atau buah sawo. Karena potongan seperti ini mempunyai putaran yang kencang, mantap untuk dipukul, tidak mudah mati putaran (OR) apabila kena pukulan lawan.